PBSI Beberkan Kegagalan di Japan Open Bukan Karena Fokus Kejuaraan Dunia!

PBSI Beberkan Kegagalan di Japan Open Bukan Karena Fokus Kejuaraan Dunia!

 

 Sportsnews.id - Tim Indonesia gagal menuai hasil positif di turnamen bulu tangkis Japan Open 2022. PP PBSI membantah bahwa mereka terlalu fokus pada Kejuaraan Dunia!

Indonesia bulan ini mengikuti dua turnamen penting. Selain Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2022 yang berlangsung di Tokyo pada 22-28 Agustus, Kevin Sanjaya dkk juga mengikuti Japan Open yang dimulai 30 Agustus hingga 4 September di Osaka.

Dari dua turnamen tersebut, PBSI memiliki harapan untuk mempertahankan gelar yang telah diraih pada edisi sebelumnya. Mereka optimistis target tersebut bisa terwujud karena persiapan sudah maksimal.


Namun sayangnya di Kejuaraan Dunia, mereka gagal mencapai dua target yang ditetapkan untuk tunggal putra dan ganda putra. Hasil terbaik tim Indonesia hanya meraih medali perak melalui ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan medali perunggu dari Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.

Meski kecewa, tim Indonesia tak mau berlarut-larut dalam kegagalan. Mereka mengalihkan fokus ke Japan Open dengan harapan bisa meraih hasil positif. Namun lagi-lagi, harapan pupus setelah lima wakil yang melaju ke perempat final tersingkir satu per satu.


Mereka adalah Chico Aura Dwi Wardoyo (tunggal putra), Gregoria Mariska Tunjung (tunggal putri), Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra), dan Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, dan Febriana Dwi Puji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi (ganda putri).Kelima wakil Indonesia itu dikalahkan lawannya.

Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PBSI, Rionny Mainky mengaku kecewa dengan hasil yang diraih para atlet tersebut. Namun ia membantah jika anak asuhnya kehilangan fokus dan motivasi setelah semua fokus pada Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2022 pekan lalu.

"Saya kira tidak (fokus anak-anak berkurang), karena lagi-lagi mereka masih bisa bertarung habis-habisan di lapangan setiap pertandingan. Itu semua bisa kita lihat," kata Rionny dalam rilis PBSI.

“Evaluasi saya yang paling penting adalah bagaimana kami menyesuaikan dengan kondisi lapangan dan shuttlecock. Ini terjadi di sini dengan kondisi lapangan yang stabil dan kecepatan shuttlecock yang lambat sehingga agak menyulitkan anak-anak,” jelas Rionny.

Lebih baru Lebih lama