Raphinha Berbicara Tentang Masa Lalunya Yang Suram

Raphinha Berbicara Tentang Masa Lalunya Yang Suram

 

 Sportsnews.id - Raphinha mengarungi masa lalu yang sulit sebelum akhirnya bisa bermain di Barcelona. Raphinha memiliki teman-teman yang telah jatuh ke dunia kejahatan.

Pemain sayap berusia 25 tahun itu memulai kariernya bersama klub Brasil Avai, kemudian merumput di Eropa bersama Sporting Lisbon. Perlahan, Raphinha bangkit dan kemudian direkrut oleh Rennes sebelum pindah ke Inggris untuk bergabung dengan Leeds United pada musim panas 2020.

Raphinha mencetak enam gol ditambah sembilan assist di musim debutnya untuk membantu los blancos bertahan di Liga Inggris dengan finis di urutan kesembilan. Di musim keduanya, Leeds memang terpuruk setelah finis di urutan ke-17, namun Raphinha bersinar dengan 11 gol yang membuatnya menjadi pencetak gol terbanyak klub.

Pada musim panas lalu Raphinha menarik sejumlah klub papan atas Eropa sebelum memilih berlabuh di Barcelona. Raphinha dibayar sekitar 100.000 pound seminggu (Rp 1,7 miliar) dan hampir selalu menjadi pemain pilihan pertama pelatih Xavi Hernandez.

Namun, Raphinha melewati fase yang sulit sebelum menjadi seperti sekarang ini. Raphinha dibesarkan di Porto Alegre, yang memiliki tingkat kriminalitas tinggi dan memiliki teman yang kini menjadi kriminal. Meski begitu, Raphinha terdorong untuk mengejar mimpinya menjadi pesepakbola papan atas.

"Sulit untuk mengikuti jalan Anda dan tidak tersesat," kata Raphinha kepada Marca. "Ada peluang yang muncul, dan ada banyak. Mereka menjanjikan cara yang lebih mudah untuk menghasilkan uang."

“Dan di situlah banyak orang tersesat. Saya tidak pernah keluar dari situ, tetapi saya adalah saksi. Saya berjalan di samping orang-orang yang tersesat. Saya kehilangan banyak teman di dunia kejahatan, dalam perdagangan narkoba… Teman yang bermain sepuluh kali lebih baik dari saya, yang bisa bermain untuk klub terhebat di dunia."

“Melihat contoh-contoh ini dari dekat menjadi faktor penting bagi saya untuk tetap fokus. Saya sudah tahu apa yang saya inginkan sejak kecil: menjadi pemain sepak bola,” lanjutnya.

"Mencapai tujuan ini dengan meninggalkan tempat tinggal sendirian adalah pengorbanan besar. Tapi ambisi saya jauh lebih besar. Jika mereka sekarang berbicara tentang 'keajaiban' saya di sepak bola, saya akan mengatakan ... ini adalah keajaiban nyata," kata Raphinha.

Lebih baru Lebih lama